| 1 komentar ]

Nyimas Susyami Hitariyat

Struktur kimia wol merupakan jenis protein yang disebut keratin, yang terjadi dari beberapa asam amino yang digabungkan membentuk rantai polipeptida yang diikat silang dengan ikatan sistina dan ikatan garam. Ikatan-ikatan silang ini menyebabkan wol bersifat lenting sehingga mudah kembali dari kekusutan, hal ini tentunya akan meringankan dalam penyetrikaan.

Pakaian wol harus didiamkan, agar bentuknya dapat pulih kembali. Penggantungan di atas air panas akan membantu menghilangkan kisut-kisut. Pakaian harus digantung sehingga udara dapat lewat atau mengalir bebas, karena serat wol cenderung menyerap bau-bauan.

Apabila menyimpan bahan wol, hendaknya bahan tersebut sudah bersih dan bebas dari noda-noda, kemudian bungkus dengan kertas dan ujung-ujung kertas dirapatkan. Wol rusak oleh alkali (dalam larutan NaOH 5 % mendidih wol segera larut) sehingga mudah diserang oleh serangga, untuk mencegahnya kerjakan dengan insektisida atau modifikasi kimia. Hindari mencuci wol dengan sabun. Waktu mencuci bahan wol harus berhati-hati, hendaknya digunakan air hangat, detergent yang lemah dan diaduk lembut. Saat mencuci wol tidak boleh digosok-gosok dan diremas-remas. Pembilasan harus dikerjakan berkali-kali hingga semua bersih. Waktu mengeringkan sebaiknya mendatar sehingga pembagian berat merata.

Bahan wol tidak mudah dikotori, sikat yang sangat baik berguna untuk merawat pakaian-pakaian wol. Sikat lembut dan kuat tidak hanya menghilangkan debu-debu tetapi juga akan menegakkan bulu-bulu yang tunduk. Kain atau pakaian yang masih lembab harus dibiarkan kering dulu sebelum disikat.

Wol bersifat higroskopis, tetapi melepaskan uap air perlahan-lahan, sewaktu menyerap uap air akan timbul panas. Pada musim dingin orang yang keluar dari dalam rumah yang berudara panas dan kering ke udara lepas yang berair, masih merasa hangat karena wol tersebut menyerap uap air yang akibatnya akan timbul panas. Penyerapan uap air berhubungan erat dengan sifat hangatnya. Serat wol tidak menyerap air dengan cepat, tetapi serat wol akan menyerap uap air dari badan atau udara sekitar, penyerapannya mencapai 30 % dari berat serat. Itu sebabnya kain wol disarankan untuk diproses dengan penyempurnaan tolak air.




Nyimas Susyami Hitariyat, dosen Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil (STTT) dengan jabatan Lektor Kepala, lulus S1 dari Institut Teknologi Tekstil (ITT) jurusan Kimia Tekstil dan lulus S2 dari Institut Teknologi Bandung (ITB), program studi Kimia Fisik. Saat ini mengampu mata kuliah Teknologi Penyempurnaan Tekstil, Teknologi Penyempurnaan Garmen, Pengujian dan Evaluasi Tekstil dan Pengujian Garmen dan Assesoriesnya. Mulai bekerja di ITT pada tahun 1975, sekarang STTT, pernah menjabat Kepala Lab. Evaluasi Fisika Tekstil (1986-1992), Sekretaris Jurusan Kimia Tekstil (1992-1995), Ketua Jurusan Kimia Tekstil (1995-1999), Pembantu Ketua III (1999-2003) dan Pembantu Ketua I (2003 – 12 April 2007). Saat ini menjadi Angggota Panitia Teknis TPT (Pantek 59) sejak tahun 2001 dan anggota Nasional Mirror Committee Tekstil (TC 38) sejak 2005, yang bertugas mengikuti perkembangan kegiatan teknis technical committee bidang tekstil, menanggapi draft standar ISO baik baru maupun revisi atau tugas tindak lanjut Indonesia dari hasil sidang TC 38, demikian juga untuk standar SNI TPT di Indonesia, yang bertanggung jawab kepada Kepala Badan Standardisasi Nasional melalui Kepala Pusat Kerjasama Standardisasi.



Tanya-Jawab & Diskusi

1 komentar

Anonim mengatakan... @ 02/06/09, 21.57

"Perawatan Wol"

Terima kasih atas penulisan artikel ini. Menarik dan bermanfaat.

Duddy Setiadi

Posting Komentar